Ide membuat ini saya
dapatkan ketika menonton sebuah tayangan kuliner yang di bawakan oleh Donal
Skehan. Masalahnya sang home chef
jagoan ini tidak dengan spesifik menjabarkan detil berapa timbangan bahan-bahan
yang dipergunakan untuk biscotti ini. Jadi terpaksa melakukan trial and error dan akhirnya jadilah
biscotti yang saya idamkan sejak bulan lalu ini.
Memang biscotti yang
terkenal berasal dari Italia, tapi para penggemar kuliner di eropa terutama di
daerah Skandinavia seperti Swedia salah satunya, juga memiliki biscotti namun versi
Nordic.
Bedanya apa dengan Italian
Biscotti?
Perbedaannya hanya
terletak pada penggunaan telur, untuk versi Nordic sangat irit, hanya
menggunakan 1 buah telur utuh saja. Sedangkan versi Italia menggunakan telur
lumayan banyak.
Tentunya tekstur yang di hasilkan berbeda, yang versi
Nordic atau Skandinavia lebih keras namun garing sedangkan yang satunya lebih
lembut.
Mengenai rasa tidak ada
perbedaan. Keduanya sama-sama memiliki cita rasa rustic atau sederhana yang lezat. Meski pada biscotti klasik tidak
menggunakan tambahan bubuk kayumanis namun ketika saya mencoba membubuhkan
sedikit saja cinnamon powder malahan rasanya menjadi terasa jauh lebih memiliki
Asian twist yang cocok di lidah kita.
Simpelnya lagi, kue ini
tidak memerlukan cara pembuatan yang njlimet, no mixer usage along the way, hanya perlu di uleni saja sebentar
agar seluruh komponen menyatu dan terbentuklah gluten sebagai perekat adonan.
Yang khas dari biscotti
versi mana saja yaitu cara baking-nya. Di 25 menit pertama kita di haruskan
memanggangnya ketika adonan masih berbentuk memanjang serupa sosis. Kemudian
adonan dikeluarkan dari oven dan di potong-potong, baru untuk kedua kalinya
kita mem-bake-nya lagi untuk 20 menit ke depan.
Tak seperti kita yang
kebanyakan mengharapkan kue-kue dengan tekstur super lembut kalau bisa semua
harus selembut salju, orang Western mempunyai
kebiasaan untuk mengudap kue-kue bertekstur keras, tentu level kekerasannya
tidak sekeras batu, maksudnya level keras yang tentunya masih bisa teratasi
oleh kunyahan gigi orang muda hingga setengah baya. Mungkin untuk para manula
kue jenis ini agak kurang afdol.
Saya suka sekali dengan
rasanya yang jadul seolah-olah ketika saya menikmatinya saya serasa sedang
mengobrol ngalur ngidul dengan tante Audrey Hepburn di Breakfast at Tiffany… (mimpi kali ya….bangun…bangun..)
Mungkin suatu ketika saya
atau para bunda-bunda dan teman-teman sekalian akan menemukan biscotti versi
pabrikan di rak-rak supermarket langganan kita, yang mana teksturnya jauh lebih
halus seperti biscuit pada umumnya. Nah, jangan langsung mengagumi si biscotti
halus itu karena biscotti buatan rumah yang tampangnya sedikit geradakan itu
pastinya jauh lebih mendekati dengan tekstur biscotti yang asli dari daratan
Eropa.
Okay teman-teman, ingin
segera memulai membuatnya?
Ini resepnya…silahkan di
catat.
Bahan-Bahan:
20 sdm tepung terigu protein rendah
8 sdm gula pasir
1 buah telur utuh, kocok
dengan garpu
1 sdt baking powder
1 sdt bubuk kayumanis
3 sdm butter di lelehkan
45 ml air
Cara Membuatnya:
Ayak tepung, bubuk kayu
manis dan baking powder di sebuah wadah, aduk dengan spatula
Tambahkan gula pasir
kedalamnya, aduk lagi
Masukkan butter leleh dan
telur kocokkedalam campuran tersebut, aduk merata
Masukkan air lalu uleni
adonan ini hingga kalis
Bagi 2 adonan dan bentuk
masing-masing lonjong memanjang
Panggang di oven keduanya
selama 25 menit, sebelumnya alasi loyang dengan margarine
Setelah 25 menit,
keluarkan dari oven dan potong-potong, diamkan 10 menit
Panggang lagi selama 20 menit.
Balik sisi satunya pada 10 menit pertama agar
kedua sisinya tidak matang
sebelah
Setelah matang, angkat,
dinginkan pada suhu ruang
Atur di dalam stoples
Siap di sajikan
Untuk 4-6 orang
0 komentar:
Posting Komentar